Tidak ada Bunda yang sempurna
Ketika keluarga dilingkupi kecemasan, maka Bunda juga gemetar penuh keraguan,
tetapi sungguh , demi melihat anak-anaknya tetap riang, keraguan itu musnah bagai kabut disiram cahaya matahari pagi,
berganti keyakinan dan keteguhan.
Tidak ada Bunda yang sempurna,
Ketika keluarga kita ditimpa musibah, maka Bunda juga menghela nafas, menangis, tergugu
tetapi sungguh, demi melihat anak-anaknya tetap tertawa, dia bergegas menyeka ujung matanya, mengusir semua sedih
berganti perasaan riang dan ketulusan.
Tidak ada Bunda yang sempurna,
Ketika keluarga dirundung kekurangan, maka Bunda juga tertatih penuh beban.
tapi sungguh, demi melihat anak-anaknya tetap terpenuhi segala kebutuhannya, dia bergegas berdiri tangguh, berusaha tegar dengan sisa apapun
berganti semangat menyala terus berusaha
Tidak ada Bunda yang sempurna,
Ketika keluarga dalam ketakutan, dalam pertengkaran, dalam kegagalan
dalam situasi itu semua, Bunda juga tergugu berharap sandaran dan pertolongan,
tapi sungguh , anak-anaknya adalah energi tiada terkira
Tidak ada Bunda yang sempurna,
Maka kuberitahukan sebuah rahasia kecil ini
Betapa malam-malam, saat kau sudah tertidur nyenyak,
Bunda bersimpuh dengan air mata, berdoa, berjanji,
Akan selalu menjadi Bunda terbaik bagimu.
Walau kita tidak pernah tahu itu...
Jumat, 24 Mei 2013
Rabu, 22 Mei 2013
Tentang Takdir (lagi)
"Aku kesaaaaaaaaaal..." teriak salah seorang temanku tadi pagi. Jika saja jika saja jika saja. Kata itulah yang hampir mendominasi perkataannya selama 30 menit dia bicara. Maka kata "sabar" adalah kata yang hampir mendominasi perkataanku, hehe.
Takdir aku, kamu, dan mereka. Siapa coba yang dapat mengira-ngira. Tak seorangpun dapat mengiranya.
Kelahiran, jodoh dan kematian, siapa yang tau tentang itu semua. Siapa juga yang menjamin tanggal datangnya.
Jika saja boleh merajuk, aku ingin adikku tidak pernah jatuh hingga kepalanya terbentur. Jatuh hingga membuat kepalanya sering sakit hingga sekarang, walaupun kejadian itu telah berlangsung 9 tahun yang lalu. Jatuh hingga membuat matanya minus. Jatuh hingga sering membuatnya masuk rumah sakit. Tapi aku percaya bahwa ini adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah padanya. Terus menerus meyakinkan diri dan meyakinkan mama.
Jika saja aku boleh menawar, aku ingin nenek melihatku lulus kuliah. Tapi Allah lebih menginginkah beliau pulang ke rumah abadinya, tepat baru dua hari aku berada di asrama TPB IPB. Jika saja aku memiliki pintu ajaib, aku ingin pulang saat itu juga, tapi tak bisa. Menangis. Satu-satunya yang aku lakukan adalah menangis. Mengingat baru kemarin saat ia menemaniku packing dan terus menasihatiku agar belajar dengan sungguh-sungguh, agar selalu menjaga kehormatan diri dan keluarga, bisa sukses suatu saat nanti.
Jika saja, jika saja, jika saja...
Ah, Astagfirullahaladzim...
Bukankah Allah sebaik-baiknya sutradara... tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang percuma...
Yakin!!!
Senin, 20 Mei 2013
Sindrom remaja dan Dewasa Muda
Salah satu dosenku, pengajar Mata kuliah tumbuh kembang Manusia, saat kami membahas kecenderungan masalah emosional pada remaja (Usia 12-20 tahun) dan dewasa Muda (awal 21-30 tahun), pernah berkata, bahwa masalah utama yang sering kali menimbulkan ke-galau-an pada mereka adalah urusan cinta. Tentu saja ruangan kelas menjadi ramai seketika.
Sebenarnya, aku tidak benar-benar merasakan menjadi remaja. Saat SMP duniaku hanyalah rumah dan sekolah. Pergi diantar, dan ketika bel pulang berbunyi, aku langsung dijemput. Entahlah, mengapa orang tua begitu protektif. Alhasil aku jadi tidak memiliki banyak teman. Orang yang paling dekat denganku adalah mama ku sendiri. Aku lebih banyak di rumah, belajar piano, memasak, menyulam, dan hal-hal berbau ke-ibu-an, haha. Maka, aku tidak banyak merasakan sindrom yang biasa melanda anak remaja pada umumnya, galau salah satunya :D
Jadi, untuk membuktikan teori yang aku pelajari, aku betanya pada Mega, adikku yang masih berstatus sebagai remaja. Dan dia meng-iya-kan.
Untuk kasus Dewasa Muda, sedikit banyaknya aku tahu. Semenjak SMA hingga sekarang (di usiaku yang ke-21) aku memiliki banyak teman- yang sedikit banyaknya mereka suka sekali berbagi cerita denganku, curhat lebih tepatnya. Dan yups galau. Macam-macam kelakuannya jika sedang galau. Tetapi ketika mereka bertanya padaku apa itu cinta, maka aku selalu menyerah, tak bisa menjawab.
Bagaimana ku dapat menjelaskan cinta, karena itu sesuatu yang tak dapat dijabarkan
Tapi yang kuyakini bahwa cinta itu rasa yang indah, sebuah rasa karunia Illahi
Rasa malu, bahagia, takut, dan cemburu pun adalah karunia-Nya
Cinta yang suci akan berujung indah, InsyaAllah
Sebenarnya, aku tidak benar-benar merasakan menjadi remaja. Saat SMP duniaku hanyalah rumah dan sekolah. Pergi diantar, dan ketika bel pulang berbunyi, aku langsung dijemput. Entahlah, mengapa orang tua begitu protektif. Alhasil aku jadi tidak memiliki banyak teman. Orang yang paling dekat denganku adalah mama ku sendiri. Aku lebih banyak di rumah, belajar piano, memasak, menyulam, dan hal-hal berbau ke-ibu-an, haha. Maka, aku tidak banyak merasakan sindrom yang biasa melanda anak remaja pada umumnya, galau salah satunya :D
Jadi, untuk membuktikan teori yang aku pelajari, aku betanya pada Mega, adikku yang masih berstatus sebagai remaja. Dan dia meng-iya-kan.
Untuk kasus Dewasa Muda, sedikit banyaknya aku tahu. Semenjak SMA hingga sekarang (di usiaku yang ke-21) aku memiliki banyak teman- yang sedikit banyaknya mereka suka sekali berbagi cerita denganku, curhat lebih tepatnya. Dan yups galau. Macam-macam kelakuannya jika sedang galau. Tetapi ketika mereka bertanya padaku apa itu cinta, maka aku selalu menyerah, tak bisa menjawab.
Bagaimana ku dapat menjelaskan cinta, karena itu sesuatu yang tak dapat dijabarkan
Tapi yang kuyakini bahwa cinta itu rasa yang indah, sebuah rasa karunia Illahi
Rasa malu, bahagia, takut, dan cemburu pun adalah karunia-Nya
Cinta yang suci akan berujung indah, InsyaAllah
Kamis, 16 Mei 2013
Perempuan
usiaku 21 tahun saat menulis ini. Melirik nominal usiaku, maka menurut mata kuliah Tumbuh Kembang Manusia yang ku ikuti, aku telah masuk ke dalam kategori kelompok wanita dewasa, dewasa muda tepatnya.
Tapi hingga detik ini, aku masih merasa sebagai seorang bocah yang belum mengerti banyak hal, salah satunya tentang perempuan. Hah, terdengar konyol mungkin, bagaimana tidak, aku adalah seorang perempuan, yang tidak lagi anak-anak, tapi aku tidak mengerti tentang perempuan..
Pertama, tentang sahabatku. Dia telah menikah dan memiliki seorang anak, lucu sekali, gemes. Sering kali dia bercerita tentang kelakuan suaminya yang sering kali membuatnya sakit hati, menangis, sesak di dada. Aku selalu hanya mendengarkan, lah aku bisa apa tentang masalah rumah tangganya?Tetapi ketika dia bercerita, bahwa orang tuanya menginginkan dia bercerai saja dengan suaminya, dia menolak. Lagi-lagi aku cuma bisa mendengarkan. Dia berkata bahwa apa jadinya nasib sekecil? Buah hatinya itu? Gak paham, sumpah aku gak paham dengan apa yang ada di benaknya.
Kasus selanjutnya, adalah ketika suatu sore aku menonton berita tentang seorang pejabat yang tengah tersandung kasus korupsi dan wanita, yang mana pejabat itu telah berselingkuh terhadap 20 wanita cantik. Omaigaaad, cuma bisa geleng-geleng kepala. Dan betapa kagetnya ketika ternyata istri pejabat itu cantik, cantik sekali. "kok bisa sih selingkuh..?" pertanyaan yang penuh di kepalaku saat itu. Dan bertambah tidak paham ketika di berita itu sang istri datang ke rutan membawa makanan, dan sambil tersenyum bilang ke para wartawan "Ini masakanku untuk Bapak, kasihan Bapak di dalam sana...."
kok bisa kok bisa kok bisa siiiiih? Aku langsung tanyakan pada mama, dan jawabnya "tentu saja, karena mereka seorang ibu, yang mana perasaannya sendiri bukan lagi prioritas utama. Yang terpenting bagi seorang ibu adalah nasib keluarganya, terutama anak-anaknya", "Tapi Ma, banyak juga ibu yang tidak peduli dengan keluarganya, hanya melulu memikirkan penampilan, kumpul-kumpul bareng teman-temannya, shopping, dan lain-lain..." Aku tahu mama tersenyum mendengar celotehanku, walaupun kita tidak bicara langsung, hanya melalaui telephon. Ah, karena terlalu sering memperhatikannya, sedikit banyaknya aku tahu kebiasaannya. "Itulah yang membedakan antara perempuan hebat dan bukan. Perempuan yang hebat, yang luar biasa, akan selalu berjuang untuk kebahagiaan orang-orang disekitarnya, terutama suami dan anak-anaknya. Dan kabar baiknya adalah, kita selalu bisa memilih ingin menjadi perempuan yang seperti apa, perempuan hebatkah, atau perempuan buruk..." "ooooh...." responku sambil mencerna penejelasan mama. "Heii, kapan kamu berencana menikah?" petanyaan mama langsung membuyarkan lamunanku "Ahahahahaha...mbak kan masih kecil.." "Heh, mama sedang berbicara dengan perempuan 21 tahun, bukan anak-anak lagi...". Tak ada jalan lain selain mengalihkan topik pembicaraan, hahaaaaaa :D
Benar, lagi-lagi benar bahwa hidup adalah tentang pilihan. Ingin menjadi apa, termasuk ingin menjadi perempuan hebatkah, atau perempuan biasa-biasa saja. Ah, alangkah bagusnya apabila kelak aku menjadi seorang ibu/wanita yang hebat. Tentu saja, disetiap keinginan harus ada usaha, perjuangan, dan komitmen yang sungguh-sungguh. Harus tegar sekeras batu karang.
Dan sungguh di Syurga ada bidadari-bidadari dengan mata yang jeli, dan kelopak mata yang selalu berkedip-kedip bagai sayap burung yang indah. Mereka baik lagi cantik jelita. Ingin sekali bisa menjadi salah satu bidadari syurga. Amiiin, Allahumma amin :)
Tapi hingga detik ini, aku masih merasa sebagai seorang bocah yang belum mengerti banyak hal, salah satunya tentang perempuan. Hah, terdengar konyol mungkin, bagaimana tidak, aku adalah seorang perempuan, yang tidak lagi anak-anak, tapi aku tidak mengerti tentang perempuan..
Pertama, tentang sahabatku. Dia telah menikah dan memiliki seorang anak, lucu sekali, gemes. Sering kali dia bercerita tentang kelakuan suaminya yang sering kali membuatnya sakit hati, menangis, sesak di dada. Aku selalu hanya mendengarkan, lah aku bisa apa tentang masalah rumah tangganya?Tetapi ketika dia bercerita, bahwa orang tuanya menginginkan dia bercerai saja dengan suaminya, dia menolak. Lagi-lagi aku cuma bisa mendengarkan. Dia berkata bahwa apa jadinya nasib sekecil? Buah hatinya itu? Gak paham, sumpah aku gak paham dengan apa yang ada di benaknya.
Kasus selanjutnya, adalah ketika suatu sore aku menonton berita tentang seorang pejabat yang tengah tersandung kasus korupsi dan wanita, yang mana pejabat itu telah berselingkuh terhadap 20 wanita cantik. Omaigaaad, cuma bisa geleng-geleng kepala. Dan betapa kagetnya ketika ternyata istri pejabat itu cantik, cantik sekali. "kok bisa sih selingkuh..?" pertanyaan yang penuh di kepalaku saat itu. Dan bertambah tidak paham ketika di berita itu sang istri datang ke rutan membawa makanan, dan sambil tersenyum bilang ke para wartawan "Ini masakanku untuk Bapak, kasihan Bapak di dalam sana...."
kok bisa kok bisa kok bisa siiiiih? Aku langsung tanyakan pada mama, dan jawabnya "tentu saja, karena mereka seorang ibu, yang mana perasaannya sendiri bukan lagi prioritas utama. Yang terpenting bagi seorang ibu adalah nasib keluarganya, terutama anak-anaknya", "Tapi Ma, banyak juga ibu yang tidak peduli dengan keluarganya, hanya melulu memikirkan penampilan, kumpul-kumpul bareng teman-temannya, shopping, dan lain-lain..." Aku tahu mama tersenyum mendengar celotehanku, walaupun kita tidak bicara langsung, hanya melalaui telephon. Ah, karena terlalu sering memperhatikannya, sedikit banyaknya aku tahu kebiasaannya. "Itulah yang membedakan antara perempuan hebat dan bukan. Perempuan yang hebat, yang luar biasa, akan selalu berjuang untuk kebahagiaan orang-orang disekitarnya, terutama suami dan anak-anaknya. Dan kabar baiknya adalah, kita selalu bisa memilih ingin menjadi perempuan yang seperti apa, perempuan hebatkah, atau perempuan buruk..." "ooooh...." responku sambil mencerna penejelasan mama. "Heii, kapan kamu berencana menikah?" petanyaan mama langsung membuyarkan lamunanku "Ahahahahaha...mbak kan masih kecil.." "Heh, mama sedang berbicara dengan perempuan 21 tahun, bukan anak-anak lagi...". Tak ada jalan lain selain mengalihkan topik pembicaraan, hahaaaaaa :D
Benar, lagi-lagi benar bahwa hidup adalah tentang pilihan. Ingin menjadi apa, termasuk ingin menjadi perempuan hebatkah, atau perempuan biasa-biasa saja. Ah, alangkah bagusnya apabila kelak aku menjadi seorang ibu/wanita yang hebat. Tentu saja, disetiap keinginan harus ada usaha, perjuangan, dan komitmen yang sungguh-sungguh. Harus tegar sekeras batu karang.
Dan sungguh di Syurga ada bidadari-bidadari dengan mata yang jeli, dan kelopak mata yang selalu berkedip-kedip bagai sayap burung yang indah. Mereka baik lagi cantik jelita. Ingin sekali bisa menjadi salah satu bidadari syurga. Amiiin, Allahumma amin :)
Sabtu, 11 Mei 2013
Ketika Malam, selalu begitu
Aduhai...
Saat malam telah menyelimuti bumi
dalam senyap dan ketika sendiri
Ketika gelap sejauh mata memandang
Ketika orang-orang terlelap tidur
Ketika waktu berjalan lengang
Itulah momen yang paling aku suka
Momen terbaik untuk menangisi segala perbuatanku seharian
Menertawakan tabiat bodoh yang aku kerjakan, yang sia-sia, yang mubadzir
Marah, menyesal, atas terbatasnya pengetahuan
Dengan begitu aku berharap, agar esok hari aku bisa memperbaiki banyak hal
Bisa menghadapi hari dengan semangat baru
Selalu begitu...
Saat malam telah menyelimuti bumi
dalam senyap dan ketika sendiri
Ketika gelap sejauh mata memandang
Ketika orang-orang terlelap tidur
Ketika waktu berjalan lengang
Itulah momen yang paling aku suka
Momen terbaik untuk menangisi segala perbuatanku seharian
Menertawakan tabiat bodoh yang aku kerjakan, yang sia-sia, yang mubadzir
Marah, menyesal, atas terbatasnya pengetahuan
Dengan begitu aku berharap, agar esok hari aku bisa memperbaiki banyak hal
Bisa menghadapi hari dengan semangat baru
Selalu begitu...
Langganan:
Postingan (Atom)