Rabu, 22 Mei 2013
Tentang Takdir (lagi)
"Aku kesaaaaaaaaaal..." teriak salah seorang temanku tadi pagi. Jika saja jika saja jika saja. Kata itulah yang hampir mendominasi perkataannya selama 30 menit dia bicara. Maka kata "sabar" adalah kata yang hampir mendominasi perkataanku, hehe.
Takdir aku, kamu, dan mereka. Siapa coba yang dapat mengira-ngira. Tak seorangpun dapat mengiranya.
Kelahiran, jodoh dan kematian, siapa yang tau tentang itu semua. Siapa juga yang menjamin tanggal datangnya.
Jika saja boleh merajuk, aku ingin adikku tidak pernah jatuh hingga kepalanya terbentur. Jatuh hingga membuat kepalanya sering sakit hingga sekarang, walaupun kejadian itu telah berlangsung 9 tahun yang lalu. Jatuh hingga membuat matanya minus. Jatuh hingga sering membuatnya masuk rumah sakit. Tapi aku percaya bahwa ini adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah padanya. Terus menerus meyakinkan diri dan meyakinkan mama.
Jika saja aku boleh menawar, aku ingin nenek melihatku lulus kuliah. Tapi Allah lebih menginginkah beliau pulang ke rumah abadinya, tepat baru dua hari aku berada di asrama TPB IPB. Jika saja aku memiliki pintu ajaib, aku ingin pulang saat itu juga, tapi tak bisa. Menangis. Satu-satunya yang aku lakukan adalah menangis. Mengingat baru kemarin saat ia menemaniku packing dan terus menasihatiku agar belajar dengan sungguh-sungguh, agar selalu menjaga kehormatan diri dan keluarga, bisa sukses suatu saat nanti.
Jika saja, jika saja, jika saja...
Ah, Astagfirullahaladzim...
Bukankah Allah sebaik-baiknya sutradara... tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang percuma...
Yakin!!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar