Kamis, 08 Agustus 2013

Mozaik


Episode hidupku kali ini membawaku jauh hingga ke tanah Madura. Sebuah pulau yang tak pernah terlintas walau sepersejuta detik di otakku. Apa yang terjadi hingga sejauh ini, rasa-rasanya seperti sedang mengumpulkan mozaik dalam hidupku. Ya kawan, seperti kepingan puzzle yang sedikit-demi sedikit tersusun melengkapi ingin ku.

Dulu, dulu sekali, saat masih duduk di bangku SMP, aku berdoa “ Tuhan, aku ingin sekali pergi ke tempat-tempat yang jauh, menemui beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin pergi ke suatu tempat yang sering hujan,juga  ke suatu tempat dimana aku akan limbung dihantam angin, menciut dicengkram dingin, dan merah terbakar sinar matahari. Aku ingin hidup, ingin merasakan sari pati hidup…

Doa yang aneh..” celetuk salah satu sahabatku.

Hingga akhirnya aku berguru ke Bogor. Kota hujan kawan. Ya, hampir setiap hari aku melihat hujan di bogor, dari mulai hujan gerimis, hingga hujan maha dasyat seperti badai pernah aku lihat. Tak jarang juga aku berjalan di bawah hujan, menggunakan payung tentu saja, tapi itu sudah cukup menyenangkan. Tiap kali mendengar suara hujan, aku seperti mendengarkan alam sedang bernyanyi. Indah sekali. Damai. Suatu perasaan yang sulit aku deskripsikan.

Aku ingin limbung dihantam angin. Pantaiiiiiiii. Ya pantai. Akhirnya di usiaku yang ke-21 tahun ini aku pergi ke pantai. Kalian tahu bagian mana yang paling menarik? Yaitu disaat aku merentangkan kedua tanganku menghadap laut, begitu dekat, tanpa alas kaki, dan angin kencang menghantamku, membuat kerudungku menari-nari, membuat kedua pipiku menjadi dingin, membuat pakaian yang kukenakan basah terkena ombak. Rasa-rasanya hidup seketika tak ada beban, tak punya masalah barang sebutir debu pun. Indah sekali. Damai. Suatu perasaan yang sulit sekali aku deskripsikan.

Aku ingin menciut dicengkram dingin. Kota Batu. Bayangkan air berisi es batu, kira-kira seperti itu dinginnya air di kamar mandi. Jangankan air di kamar mandi, pun udara di pinggir jalan saja diinginnya luar biasa. Jadi mandi adalah suatu kegiatan yang memerlukan perjuangan tersendiri, haha. Eh tunggu, bukan hanya mandi. Tidur pun penuh perjuangan. Jaket tebal, selimut, kaos kaki, sarung tangan, syall, adalah barang-barang wajib yang perlu dikenakan sebelum tidur. Lupa??? Kupastikan meriang pas bangun, hahaha

Aku ingin terbakar terkena panas. Madura. Pulau penghasil garam ini luar biasa panasnya. Matahari jam setengah tujuh sudah terang benderang. Jam sembilan pagi seperti jam 12 siang. Intinya panas. Maka aku sarankan untuk siapa saja yang ingin berkunjung ke Madura untuk tidak lupa membawa hand and body lotion ber-SPF, setidaknya SPF 15 biar kulit gak item, haha.

Dan aku ingin menemui beragam bahasa juga orang-orang asing.

Kota batu dengan bahasa jawanya yang khas :
Saat beli sayur…
Seorang ibu : Neng @$%%^&%^$$^^^&*&^^…..
Aku : hah, apa bu??? (roaming)

Kota Madura, saat jogging
Seorang petani : Be’en #%$%$^%&%^$$$%$#%%%
Aku : hah, apa bu??? (roaming)
Dan “hah apa bu-hah apa bu” yang lain tak terhitung banyaknya, ckckck

Tentu saja ini bukan akhir. Aku percaya Tuhan masih akan terus membawaku ke tempat-tempat yang tak pernah aku duga. Tuhan selalu memberikanku kejutan. Menyenangkan sekali. Kejutan selalu menyenangkan. Hidup memang sungguh-sungguh misteri, juga fantastis.

Hidupkan hidupmu. Hidupmu adalah hidupmu. Selamat hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar