Senin, 25 Maret 2013

Pelajaran Berharga

Siang itu, rabu entah tanggal berapa, entah jam berapa, yang jelas dan yang pasti bahwa matahari rasa-rasanya tepat menari di atas kepala. Panas. Siang itu aku bersama dua rekanku, Ayu kartika dan Tiara, nge-bolang ke suatu perkampungan di Bogor. Refreshing??? Tentu saja tidak. kami bertiga--yang satu tim, sedang mengerjakan tugas mata kuliah pendukung alias SC Tumbuh Kembang Manusia. Kami harus mencari sebuah keluarga yang memiliki bayi berumur kira-kira 1-2 tahun. kalau udah  nemu, bayinya mau kita amati, udah bisa apa saja, misalnya udah bisa berdirikah, bercelotehkah, dan ber ber yang lain.  Eiiiiitss ini bukan perkara mudah. Nemuin bayi yang cocok buat diamati susah  banget. Ada yang baru diliatin nangis, ada yang lengket banget sama ibunya, ada yang natap kami bertiga dengan tatapan mata yang aneh, mungkin hatinya bilang "mereka ini siapa sih, dateng-dateng langsung ngamatin gitu", sampai akhirnya kami menemukan sebuah rumah yang saaaangat sederhana, dan di depan rumah itu ada seorang nenek yang usianya dalam perkiraanku telah mencapai angka enampuluhan, yang sedang menggendong bayi, ah...lucu sekali. Sumpah lucuuuuuuuuuuu.....

Weiiitsss...ternyata dia tipe easy baby. Lucu, mudah akrab, dan mudah di atur. Menggemaskan. Tentu saja tak kulewatkan kesempatan untuk menggendongnya. Gemes banget Ya Allah. Hampir 2 jam kami "mempermainkannya", hehehe


Dan kami-aku ayu dan tiara, langsung kaget dan terdiam saat nenek itu bilang ibunya meninggal saat melahirkannya, dan ayahnya pergi ke jakarta dan tak pernah pulang. Nenek itu lalu memutuskan untuk merawatnya, seorang diri, dalam kondisi rematik yang ia tuturkan, aku mendengar nada keikhlasan...
Tapi hatiku langsung teriris. Bagaimana hidup bayi ini tanpa ada sosok ibu??? lantas ASI??? Ya Alloh dia tidak minum ASI. Lalu siapa yang nanti akan membacakan dongeng tidurnya? Mengantarnya ke sekolah? Curhat, ke siapa dia akan curhat nanti??? Siapa yang akan menasehatinya banyak hal??? Melarangnya jajan sembarangan??? Aku langsung membayangkan pentingya sosok mama dalam hidupku. Aiiiishhhh...pikiran apa ini. Bukankah hidup seseorang yang satu dengan yang lainnya jelas akan berbeda. Dan bukankah Alloh tidak akan memberikan cobaan ke makhluknya diluar kemampuan mereka???

Tuhan...
Sekali lagi benar bahwa orang yang sabar tak akan mudah terbebani. Fisiknya mungkin iya, tapi hatinya tidak. Ikhlas akan membuat hati seseorang luas, luas tak terkira.
Tuhan...
Sekali lagi aku belajar bahwa hidup adalah penerimaan. penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus dimengerti..pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami..pemahaman yang tulus..
Tuhan...
Sekali lagi aku memahami kisah daun yang jatuh. Bahwa Daun yang jatuh tak pernak membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.
Dan Tuhan, Andaikata semua kehidupan ini menyakitkan, maka di luar sana pasti masih ada sepotong bagian yang menyenangkan. Kemudian kita akan tersadar bahwa ada sesuatu yang jauh lebih indah dari menatap rembulan di langit. Kita tidak tahu apa itu, karna ilmu kita sungguh terbatas. Kita hanya yakin , bila tidak di kehidupan ini suatu saat nanti pasti akan ada yang lebih mempesona dibanding menatap sepotong rembulan yang sedang bersinar indah..

Dan Tuhan,  apapun yang terjadi di hidupku nanti, aku selalu berdoa agar aku selalu memiliki hati yang cantik, hati yang cantik… Tidak peduli meski orang-orang tidak pernah sekali pun menyadari kecantikan hati tersebut.

Dan sore itu kami pamit pulang. Nenek melambai-lambaikan dan berteriak agar kapan-kapan main lagi. Dan ketika ku lihat bayi itu, Oh Tuhan...aku sungguh-sungguh ingin merawatnya :')
Dan pelajaran hari itu berharga sekali...teramat sangat, berharga!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar