Minggu, 18 November 2012

Mereka dan Aku…



Dua tahun yang lalu, hari pertama aku tiba di kota hujan, saat keluargaku pamit untuk kembali ke Cirebon, perasaanku sungguh tak menentu. Ingin sekali aku menarik tangan mama, mencegahnya untuk masuk ke dalam mobil, dan berkata “Nindy ikut ya ma, Bolehkan kan ma. nindy ikut balik ke Cirebon, boleh ya ma, jangan tinggalin nindy sendiri di sini, plis…” Jangan berpikir aku lebay, karena memang seumur-umur aku belum pernah jauh-jauh dari mama. Mama segalanya untukku. Segala hal aku ceritakan pada mama. Mama seperti sahabatku sendiri. Tapi yang aku lakukan hanya diam dan menunduk, aku bahkan tak mempunyai energi untuk melambaikan tangan, atau sekedar melihat mobil yang mereka tumpangi lama-lama menghilang. Dan mereka benar-benar meninggalkanku sendiri. Yang aku lakukan setelah itu hanya berdiri di tempat, berdiri terus dan terus berdiri. Tak lama gerimispun datang, dan hujan. Air mata yang sedari tadi aku tahan tumpah, sama seperti hujan saat itu, seperti ditumpahkan dari langit. Hujan perlahan-lahan menentramkan hatiku, membuat damai. Entah kenapa, hujan selalu membuatku tenang, dan saat hujan aku selalu membuat permohonan. Saat itu aku membuat permohonan pada Zat Yang Maha Mendengar agar aku dipertemukan dengan teman-teman yang menyenangkan. Dan, seperti inilah temang-teman Biokimia, sini mendekat, akan aku ceritakan…

Hmmm..teman-teman biokimia tidak jauh beda dengan temen-teman SD, SMP, maupun SMA ku dulu. Datang ke ruang kuliah, ngobrol-ngobrol sebelum dosen datang, menyimak atau tertidur ketika dosen menjelaskan, dan mendiskusikan sesutu kalau-kalau memang ada yang perlu didiskusikan. Mereka Baik gak ya ??? Hmmm, sejauh ini gak ada yang dengan sengaja menaruh ulat bulu di tempat pensilku, atau menaruh lem tikus di tempat aku duduk, seperti yang pernah dilakukan teman SD ku dulu, hehehe. Entahlah…aku tidak  bisa memutuskan sifat seseorang yang satu ini, pun dalam konteks yang bukan individual, misalnya rata-rata dari mereka baik atau gak, aku tetap tidak bisa menilai. Kenapa? Karena sedangkal-dangkalnya hati seseorang siapa yang tahu bukan??? Hanya Allah yang tahu. Selain itu, karena mama selalu mengajariku untuk tidak menilai sesuatu sebelum aku selesai urusan dengannya, sebelum mengenal dengan baik, dan sebelum selesai mendengarkan atau selesai membaca semuanya.

Yang pasti, mereka adalah orang-orang istimewa dengan beragam pembawaan. Ada diantara mereka yang begitu ambisius, mereka adalah para pemimpi kelas kakap. Jika kalian tahu apa saja rencananya dimasa depan, kalian hanya akan mampu mengucap kata “wah….”. Ada diantara mereka yang heboh sekali, seperti memiliki energi berlebih, dan sebaliknya ada seseorang yang selalu terlihat lesu dan murung. Ada diantara mereka yang serba tahu segala hal, jangan pernah sok tahu di depannya kalau-kalau gak ingin malu. Ada yang fanatik banget mengidolakan sesuatu, dari yang berbangsa tanah air, sampai ke korea maupun jepang. Ada diantara mereka yang tenang sekali pembawaannya, dan begitu bijaksana, masalah serumit apapun yang aku hadapi, ketika selesai sharing dengannya, dia cukup tersenyum dan berkata “hmmm…tenang nindy…tenang” dan cling ajaib sekali. Seketika aku langsung menemukan titik terang dari persoalanku. Ada diantara mereka yang jago sekali berwirausaha, ada diantara mereka yang sering kai tertidur di kelas, tapi jangan ragukan kemampuanya. Begitulah, berjuta karakter.

Dan dimataku mereka kompak sekali. Dulu, masih teringat jelas di memori otakku, saat aku akan lomba membaca pusi di acara SPIRIT FMIPA, banyak dari mereka yang sibuk mengurusiku. Ada yang datang ke kosanku hanya meminjam KTM untuk mendaftarkan, ada yang sibuk mengurusi property pentas, ada yang menawariku bermacam-macam gaun untuk aku kenakan saat tampil, ada yang merias wajahku, membuat model jilbabku, ada yang walau sibuk tetap menyempatkan datang, pun yang berhalangan hadir tetapi menelpon/mengirimiku sms memberikan dukungan dan doa-doa. Sungguh, hari itu terjawab permohonan saat hujan 2 tahun yang lalu, saat aku memohon pada Allah untuk memberiku teman-teman yang menyenangkan.

Apakah aku pernah terluka dan menagis karena mereka??? Tentu saja pernah. Tak jarang aku menangis karena sikap mereka. Tapi tiap kali hatiku sakit aku langsung buru-buru menghilangkannya. Dan Hey,  bukankah kita penentu kebahagiaan kita sendiri? Seluruh air di samudera lautan tidak bisa menenggelamkan sebuah perahu kecil, jika airnya tidak masuk ke dalam perahu tersebut. Maka, seluruh kesedihan, kegundahan, beban hidup di dunia ini tidak bisa menenggelamkan hati kita, kecuali kita membiarkannya masuk ke dalam hati kita sendiri. Dan apakah mereka baik? Sungguh aku tak peduli. Tetapi satu hal yang jelas, bahwa aku tidak ingin berburuk sangka terhadap siapapun. Bukankah untuk merusak sebuah kebahagiaan, cukup hanya dengan berprasangka buruk ? aku hanya ingin menjadi orang yang baik, lalu hidup dengan baik, sesederhana itu.

Dan aku juga ingin memiliki arti bagi orang lain. Bagi mamaku, bagi bapak,  bagi kedua adikku, sahabat-sahabatku, dan teman-temanku. Untuk mereka, aku ingin seperti hujan, meski tak pernah memiliki waktu yang direncanakan untuk turun, tapi hujan akan turun dengan tetesan demi tetesan airnya yang menghujam tanah. Membasuh bumi yang kering. Kehadirannya begitu menyejukan. Membuat orang lain sejenak berhenti dari kepadatan aktivitas, dan tertawa lepas seperti anak kecil yang baru pertama kali main hujan-hujanan. Untuk mereka, aku ingin seperti hujan, yang kehadirannya damai, dan selalu dinanti. I just love my life, just the way i am :)

Nindy Lestarie, 18 november 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar