Dua tahun yang lalu, hari pertama aku tiba di kota
hujan, saat keluargaku pamit untuk kembali ke Cirebon, perasaanku sungguh tak
menentu. Ingin sekali aku menarik tangan mama, mencegahnya untuk masuk ke dalam
mobil, dan berkata “Nindy ikut ya ma, Bolehkan kan ma. nindy ikut balik ke Cirebon,
boleh ya ma, jangan tinggalin nindy sendiri di sini, plis…” Jangan berpikir aku
lebay, karena memang seumur-umur aku belum pernah jauh-jauh dari mama. Mama segalanya
untukku. Segala hal aku ceritakan pada mama. Mama seperti sahabatku sendiri.
Tapi yang aku lakukan hanya diam dan menunduk, aku bahkan tak mempunyai energi untuk
melambaikan tangan, atau sekedar melihat mobil yang mereka tumpangi lama-lama
menghilang. Dan mereka benar-benar meninggalkanku sendiri. Yang aku lakukan setelah
itu hanya berdiri di tempat, berdiri terus dan terus berdiri. Tak lama
gerimispun datang, dan hujan. Air mata yang sedari tadi aku tahan tumpah, sama
seperti hujan saat itu, seperti ditumpahkan dari langit. Hujan perlahan-lahan
menentramkan hatiku, membuat damai. Entah kenapa, hujan selalu membuatku tenang,
dan saat hujan aku selalu membuat permohonan. Saat itu aku membuat permohonan
pada Zat Yang Maha Mendengar agar aku dipertemukan dengan teman-teman yang menyenangkan.
Dan, seperti inilah temang-teman Biokimia, sini mendekat, akan aku ceritakan…
Hmmm..teman-teman biokimia tidak jauh beda dengan
temen-teman SD, SMP, maupun SMA ku dulu. Datang ke ruang kuliah,
ngobrol-ngobrol sebelum dosen datang, menyimak atau tertidur ketika dosen menjelaskan,
dan mendiskusikan sesutu kalau-kalau memang ada yang perlu didiskusikan. Mereka
Baik gak ya ??? Hmmm, sejauh ini gak ada yang dengan sengaja menaruh ulat bulu
di tempat pensilku, atau menaruh lem tikus di tempat aku duduk, seperti yang
pernah dilakukan teman SD ku dulu, hehehe. Entahlah…aku tidak bisa memutuskan sifat seseorang yang satu ini,
pun dalam konteks yang bukan individual, misalnya rata-rata dari mereka baik
atau gak, aku tetap tidak bisa menilai. Kenapa? Karena sedangkal-dangkalnya
hati seseorang siapa yang tahu bukan??? Hanya Allah yang tahu. Selain itu,
karena mama selalu mengajariku untuk tidak menilai
sesuatu sebelum aku selesai urusan dengannya, sebelum mengenal dengan baik, dan
sebelum selesai mendengarkan atau selesai membaca semuanya.
Yang pasti, mereka adalah orang-orang istimewa
dengan beragam pembawaan. Ada diantara mereka yang begitu ambisius, mereka
adalah para pemimpi kelas kakap. Jika kalian tahu apa saja rencananya dimasa
depan, kalian hanya akan mampu mengucap kata “wah….”. Ada diantara mereka yang
heboh sekali, seperti memiliki energi berlebih, dan sebaliknya ada seseorang
yang selalu terlihat lesu dan murung. Ada diantara mereka yang serba tahu
segala hal, jangan pernah sok tahu di depannya kalau-kalau gak ingin malu. Ada yang
fanatik banget mengidolakan sesuatu, dari yang berbangsa tanah air, sampai ke
korea maupun jepang. Ada diantara mereka yang tenang sekali pembawaannya, dan
begitu bijaksana, masalah serumit apapun yang aku hadapi, ketika selesai
sharing dengannya, dia cukup tersenyum dan berkata “hmmm…tenang nindy…tenang”
dan cling ajaib sekali. Seketika aku langsung menemukan titik terang dari
persoalanku. Ada diantara mereka yang jago sekali berwirausaha, ada diantara
mereka yang sering kai tertidur di kelas, tapi jangan ragukan kemampuanya. Begitulah,
berjuta karakter.
Dan dimataku mereka kompak sekali. Dulu, masih teringat
jelas di memori otakku, saat aku akan lomba membaca pusi di acara SPIRIT FMIPA,
banyak dari mereka yang sibuk mengurusiku. Ada yang datang ke kosanku hanya
meminjam KTM untuk mendaftarkan, ada yang sibuk mengurusi property pentas, ada yang
menawariku bermacam-macam gaun untuk aku kenakan saat tampil, ada yang merias
wajahku, membuat model jilbabku, ada yang walau sibuk tetap menyempatkan datang,
pun yang berhalangan hadir tetapi menelpon/mengirimiku sms memberikan dukungan
dan doa-doa. Sungguh, hari itu terjawab permohonan saat hujan 2 tahun yang lalu,
saat aku memohon pada Allah untuk memberiku teman-teman yang menyenangkan.
Apakah aku pernah terluka dan menagis karena
mereka??? Tentu saja pernah. Tak jarang aku menangis karena sikap mereka. Tapi tiap
kali hatiku sakit aku langsung buru-buru menghilangkannya. Dan Hey, bukankah kita penentu kebahagiaan kita
sendiri? Seluruh air di samudera lautan tidak bisa
menenggelamkan sebuah perahu kecil, jika airnya tidak masuk ke dalam perahu
tersebut. Maka, seluruh kesedihan, kegundahan,
beban hidup di dunia ini tidak bisa menenggelamkan hati kita, kecuali kita
membiarkannya masuk ke dalam hati kita sendiri. Dan apakah mereka baik? Sungguh
aku tak peduli. Tetapi satu hal yang jelas, bahwa aku tidak ingin berburuk
sangka terhadap siapapun. Bukankah untuk merusak sebuah kebahagiaan, cukup
hanya dengan berprasangka buruk ? aku hanya ingin menjadi orang yang baik, lalu
hidup dengan baik, sesederhana itu.
Nindy Lestarie, 18 november 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar