Senin, 13 Agustus 2012

[mungkin] Belum Menyadari, Terlalu Paranoid [mungkin]


Sekarang hari selasa, hari kedua liburan bagi anak-anak sekolah menjelang lebaran. Tidak berlaku bagiku tentunya, karena aku telah berlibur hampir satu bulan, liburan semester. Sabtu kemarin-hari terakhir berangkat sekolah, seperti biasanya, pagi-pagi aku sudah rapi ,mengenakan rok panjang dan kerudung bergo, siap mengantar rachma-anggota keluarga kami yang termuda, untuk berangkat sekolah. “ayo dek..kita berangkat!!!” tapi tidak seperti biasanya, rachma diam, serius ingin mengatakan sesuatu “mbak, boleh gak rachma berangkat sendiri, jangan diantar lagi...” ucapnya ragu-ragu. Aku langsung saja ingin melarang “Tapi dek…” , kata-kataku langsung dipotong oleh mama “iya boleh, asal hati-hati..” aku langsung saja mengomel “ mama kok ngijinin sih??? Ntar kalau ada apa-apa gimana??? Kalau jalannya terlalu ke tengah gimana??? Kalau ada motor atau mobil yang ngebut gimana??? Kalau di sekolah ada yang jahat (agak lebay untuk menyebut anak kelas satu JAHAT,hehe) gimana???"   Mama Cuma senyum “ plis deh mbak, rachama udah kelas satu, bukan anak TK lagi, lagian sekolahnya juga Cuma lewatin beberapa rumah aja, bukan jalan besar lagi. Masalah teman-temannya yang jahat, itu gak mungkin, yang sekolah di situ kan hampir 90% teman TK nya dulu…belajar mandiri juga”.

Astaghfirullah, apakah saya terlalu khawatir  tuhan??? Saya jadi ingat, beberapa hari yang lalu,Mega-adik pertama saya, tidak kunjung pulang dari tempat bimbingan belajarnya, padahal semestinya sejak satu jam yang lalu dia sudah berada di rumah.  Saya menelfonnya beberapa kali dan tidak diangkat. Panik tingkat dewa. Harus gimana ini??? Menyusulnya kah??? Tapi siapa yang akan menjaga rumah??? Menjaga rachma??? Kebetulan hari itu kedua orang tua kami sedang ada urusan di luar. Kalang kabut. Syukurlah 15 menit kemudian dia pulang. Serentetan pertanyaan aku ajukan “ dari mana saja? Kenapa telat?harunya dari satu jam yang lalu udah pulang kan? Kenapa mbak terlfon gak diangkat? Apa gunanya hp? Bla..bla..bla.  Sambil tertawa dia menjawab“ habis bubar les ngobro-ngobrol dulu sama teman mbak, sekalian nunggu maghrib juga, mega kan gak bawa hp, ketinggalan. Lagian mega kan telat gak lebih dari 2 jam. Mega kan udah gede mbak, bukan anak bayi lagi, kebiasaah deh

Ya Tuhan, benar memang, mereka bukan anak balita lagi. Mega sudah kelas 3 smp (15 tahun) dan rachma kelas 1 sd (hampir 7 tahun). Inget-inget waktu aku umur 7 tahun, aku udah ngebolang kemana-mana. Berangkat sekolah sendirian, padahal jarak dari rumah ke sekolahku, hampir 10 kali lipat dari jarak rumah ke sekolah rachma sekarang. Bubar sekolah langsung main ke sungai, melompat dari satu batu besar ke batu lainnya, lalu melompat ke dalam sungai, kemudian nyari capung, nyari ikan-ikan kecil yang padahal kalau udah di dapat langsung dibuang lagi, lupa ganti baju, lupa makan siang, main terus sampai menjelang maghrib dengan baju basah dan dekil. Atau kalau gak ke sungai, main sepeda di pinggir jalan raya, ikut mengejar layangan yang putus, apa saja, main terus sepuasnya. Mama benar-benar kuwalahan menghadapi aku. Tapi toh mama percaya bahwa anaknya ini bisa jaga diri. Sementara rachma ??? aku melarangnya memakai lotion anti nyamuk sendiri, selalu aku pakaikan, takut tertelan dan mengenai mata. Selalu aku antar jika dia ingin main ke salah satu teman sekelasnya, padahal cuma melewatin 2 atau 3 rumah saja. Melarangnya ikut-ikutan membantuku saat mencuci piring, takut tangannya bermasalah dengan sabun pencuci, melarangnya bermain kejar-kejaran karena aku terlalu takut dia jatuh kemudian berdarah. Melarangnya main di pinggir jalan takut terkena polusi. Aku sungguh lupa, atau belum menyadari , bahwa dia bukan lagi anak kecil, yang paling suka aku ayun setidaknya 2 jam kalau dia mau tidur, bukan lagi anak kecil yang senangnya bukan main saat aku gendong.

 Dan saat usiaku sama seperti mega-15 tahun, aku sering sekali main dengan teman-temanku sampai lupa waktu, sampai isya bahkan. AKu lupa, atau belum menyadari, terlalu paranoid mungkin, lupa dia bukan lagi anak kecil yang selalu aku tuntun saat pulang mengajai dari mesjid, bukan lagi anak kecil yang paling senang saat aku belikan bando.
Terlalu paranoid kah??? Terlalu protektif kah??? Entahlah, satu hal yang jelas, aku menyayangi mereka, terlalu sayang sampai-sampai aku tidak menyadari sikapku yang malah jatuhnya membatasi ruang gerak mereka.

Next time aku akan lebih baik, insyaAllah =)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar