Cinta dan Sarung, dua hal yang jelas-jelas beda. Cinta
merupakan hal yang abstrak, gak setiap orang akan sama
penggambarannya tentang cinta, ada yang bilang cinta itu manis banget ,
sampai-sampai dulu ada yang pernah bilang, kaya gini kira-kira bunyinya
“ jatuh cinta itu manis banget ndy. Aku akan selalu senyum kalau lagi
jatuh cinta, ngapain aja aku senyum, dan rasanya berjalan itu seperti
tidak napak di tanah…” aku yang sebelumnya mendengarkan penjelasannya
sambil bertopang dagu dan tersenyum, berubah jadi heran dan mengerutkan
kening “ gak napak di tanah pas jalan??? Serem amat!!!”
Sebagian
lagi ada yang berpendapat bahwa cinta itu menyakitkan. Biasanya sih
yang bilang kayak gitu ya kaum-kaum yang patah hati, cintanya ditolak,
cinta yang terpendam, cinta yang bertepuk sebelah tangan, pokoknya yang
gak kesampaian untuk bersatu,hehehe (sok tau banget mode.on ). Apapun
itu, intinya cinta itu hal yang abstrak, setuju kan??? Nah kalau sarung,
pasti definisi setiap orang gak akan jauh-jauh beda, kain yang lebarnya
kira-kira satu meter, biasa digunakan kaum laki-laki untuk sholat, atau
digunakan emak-emak pas nyuci baju di sungai. Kurang lebih semacam
itulah.
Hari pertama ramadhan, aku berkunjung ke
rumah saudara (dari ayah). Hari itu, hampir seluruh anggota keluarga
berkumpul. Banyak sekali pertanyaan yang terlontar ke arahku,tetapi hari
itu aku sedang tidak ingin berbasa-basi, maka aku jawab sekedarnya dan
lebih banyak mendengarkan.
Salah satu sepupuku, kemudian
bercerita tentang peristiwa tragis di tanah rantaunya. Salah satu
rekannya di sana meminum obat nyamuk cair, berniat mengakhiri hidupnya
karena patah hati mengetahui cintanya dikhianati, kekasihnya ketahuan
berselingkuh dengan wanita lain. WOW..Mungkin di kota-kota besar, berita
seperti itu sudah sering terdengar, tetapi tidak di daerahku. Suasana
langsung ramai, semua angkat bicara. Ada yang mengutuk-ngutuki si
wanita, ada yang terus menerus beristighfar sambil mengelus dada, bahkan
ada yang mengeluarkan dalil tentang cinta. Sementara aku, seperti yang
telah kukatakan, sedang malas sekali untuk bicara, maka aku hanya duduk
elegant sambil mengerutkan kening “nekad amat!!!”
Adik
nenekku (entah apa sebutannya) adalah salah satu dari kaum yang
mengeluarkan dalil tentang cinta tersebut. Begini kira-kira dalilnya
(aslinya dalam bahasa Cirebon) “ sungguh bodoh sekali wanita itu,
seperti tidak punya akal dan agama saja. Seperti tak berilmu, berani
melakukan hal yang jelas-jelas dilarang agama,hanya untuk hal sepele
macam cinta. Bah, cinta itu macam sarung kesayangan, kelian mengerti?
rusak atau hilang ya tinggal beli saja yang baru. Masih banyak
sarung-sarung yang jauh lebih bagus diobral di luar sana. Persetan
dengan masalah hati, tak bisa melupakanlah, sayang banget lah, tak bisa
bergantilah. Bohong itu. Perasaan itu kita sendiri yang mengaturnya
toh???” Begitulah kira-kira celotehnya, sedetik hening, sedetik kemudian
ribut kembali, berebut bicara. Aku masih enggan berkomentar, tapi aku
bertanya-tanya kenapa analoginya mesti pake sarung sih??? Emangnya gak
ada yang lain??? Kemudian aku melihat apa yang selalu Beliau kenakan,
oooh…hehe (cukup tau)
Poin terpenting yang kudapat dari dalilnya adalah cinta itu sederhana saja. Aku jadi inget beberapa kalimat dalam Novel Kau,Aku & Sepucuk Angpau Merah- Tere Liye :
"Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal
perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gulai
kepala ikan. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal
perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita
bersarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan,
maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan
gulai kepala ikan.”
Terlepas itu benar atau tidak,
tapi aku setuju bahwa cinta bukan sesuatu yang rumit, sederhana saja.
Misalnya, hati kita mampu berasa sangat teramat senang walaupun cuma
liat si dia dari jauh, bentar pula. Atau, kita yang berjam-jam berdiri
di depan cermin buat tampil cantik pas ketemu dia, padahal ketemu cuma 2
menit buat ngumpulin tugas, lho???haha, atau ketika hati rasanya gak
karu-karuan pas gak sengaja berlawan pandang. Atau berasa kesel banget
sampai cakar-cakar tembok pas denger dia bicarain "wanita" lain (maaf
agak lebay,hehe). Tapi intinya sederhana saja kan ?
Dan
bukan serumit itu cinta hingga butuh pengorbanan, mengatakan sehidup
semati, atau seperti cerita di atas, rela mati jika cintanya bertepuk
sebelah tangan. Jika hanya kerumitan yang kita rasakan, maka tinggalkan ,
itu bukan cinta, karena cinta itu sederhana, pengorbanan yang
sederhana, kesetiaan yang tidak menuntut apapun, dan keindahan yang apa
adanya. Karena sesungguhnya hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin
sejati ia, akan semakin tulus kita melepaskannya. Percayalah, jika
memang itu cinta sejati kita, tidak peduli aral melintang, ia akan
kembali sendiri. Banyak sekali pecinta di dunia ini yang melupakan
kebijaksanaan sesederhana itu. Malah sebaliknya, berbual bilang cinta,
namun dia menggenggamnya erat-erat.
“Cinta
sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau
apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang
dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita,
khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Jika berjodoh,
Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang
menakjubkan.”
sempet penasaran, baru kali ini da yang menganalogikan antara cinta dan sarung. ternyata oh ternyata, hahaha
BalasHapusselalu teringat kata-katamu "sesederhana itu CINTA"