Senin, 13 Agustus 2012

Analogi Cinta dengan Sarung

Cinta dan Sarung, dua hal yang jelas-jelas beda. Cinta merupakan  hal yang abstrak, gak setiap orang  akan  sama penggambarannya tentang cinta, ada yang bilang cinta itu manis banget , sampai-sampai dulu ada yang pernah bilang, kaya gini kira-kira bunyinya “  jatuh cinta itu manis banget ndy. Aku akan selalu senyum kalau lagi jatuh cinta, ngapain aja aku senyum, dan rasanya berjalan itu seperti tidak napak di tanah…” aku yang sebelumnya mendengarkan penjelasannya sambil bertopang dagu dan tersenyum, berubah jadi heran dan mengerutkan kening “ gak napak di tanah pas jalan??? Serem amat!!!”


Sebagian lagi ada yang berpendapat bahwa cinta itu menyakitkan. Biasanya sih yang bilang kayak gitu ya kaum-kaum yang patah hati, cintanya ditolak, cinta yang terpendam, cinta yang bertepuk sebelah tangan, pokoknya yang gak kesampaian untuk bersatu,hehehe (sok tau banget mode.on ). Apapun itu, intinya cinta itu hal yang abstrak, setuju kan??? Nah kalau sarung, pasti definisi setiap orang gak akan jauh-jauh beda, kain yang lebarnya kira-kira satu meter, biasa digunakan kaum laki-laki untuk sholat, atau digunakan emak-emak pas nyuci baju di sungai. Kurang lebih semacam itulah.


Hari pertama ramadhan, aku berkunjung ke rumah saudara (dari ayah). Hari itu, hampir seluruh anggota keluarga berkumpul. Banyak sekali pertanyaan yang terlontar ke arahku,tetapi hari itu aku sedang tidak ingin berbasa-basi, maka aku jawab sekedarnya dan lebih banyak mendengarkan.

Salah satu sepupuku, kemudian bercerita tentang peristiwa tragis di tanah rantaunya. Salah satu rekannya di sana meminum obat nyamuk cair, berniat mengakhiri hidupnya karena patah hati mengetahui cintanya dikhianati, kekasihnya ketahuan berselingkuh dengan wanita lain. WOW..Mungkin di kota-kota besar, berita seperti itu sudah sering terdengar, tetapi tidak di daerahku. Suasana langsung ramai, semua angkat bicara. Ada yang mengutuk-ngutuki si wanita, ada yang terus menerus beristighfar sambil mengelus dada, bahkan ada yang mengeluarkan dalil tentang cinta. Sementara aku, seperti yang telah kukatakan, sedang malas sekali untuk bicara, maka aku hanya duduk elegant sambil mengerutkan kening “nekad amat!!!”

Adik nenekku (entah apa sebutannya) adalah salah satu dari kaum yang mengeluarkan dalil tentang cinta tersebut. Begini kira-kira dalilnya (aslinya dalam bahasa Cirebon) “ sungguh bodoh sekali wanita itu, seperti tidak punya akal dan agama saja. Seperti tak berilmu, berani melakukan hal yang jelas-jelas dilarang agama,hanya untuk hal sepele macam cinta. Bah, cinta itu macam sarung kesayangan, kelian mengerti? rusak atau hilang ya tinggal beli saja yang baru. Masih banyak sarung-sarung yang jauh lebih bagus diobral di luar sana. Persetan dengan masalah hati, tak bisa melupakanlah, sayang banget lah, tak bisa bergantilah. Bohong itu. Perasaan itu kita sendiri yang mengaturnya toh???” Begitulah kira-kira celotehnya, sedetik hening, sedetik kemudian ribut kembali, berebut bicara.  Aku masih enggan berkomentar, tapi aku bertanya-tanya kenapa analoginya mesti pake sarung sih??? Emangnya gak ada yang lain??? Kemudian aku melihat apa yang selalu Beliau kenakan, oooh…hehe (cukup tau)


Poin terpenting yang kudapat dari dalilnya adalah cinta itu sederhana saja. Aku jadi inget beberapa kalimat dalam Novel Kau,Aku & Sepucuk Angpau Merah- Tere Liye :  "Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gulai  kepala ikan. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita bersarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan gulai kepala ikan.”

Terlepas itu benar atau tidak, tapi aku setuju bahwa cinta bukan sesuatu yang rumit, sederhana saja. Misalnya, hati kita mampu berasa sangat teramat senang walaupun cuma liat si dia dari jauh, bentar pula. Atau, kita yang berjam-jam berdiri di depan cermin buat tampil cantik pas ketemu dia, padahal ketemu cuma 2 menit buat ngumpulin tugas, lho???haha, atau ketika hati rasanya gak karu-karuan pas gak sengaja berlawan pandang. Atau berasa kesel banget sampai cakar-cakar tembok pas denger dia bicarain "wanita" lain (maaf agak lebay,hehe). Tapi intinya sederhana saja kan ?

Dan bukan serumit itu cinta hingga butuh pengorbanan, mengatakan sehidup semati, atau seperti cerita di atas, rela mati jika cintanya bertepuk sebelah tangan. Jika hanya kerumitan yang kita rasakan, maka tinggalkan , itu bukan cinta, karena cinta itu sederhana, pengorbanan yang sederhana, kesetiaan yang tidak menuntut apapun, dan keindahan yang apa adanya. Karena sesungguhnya hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, akan semakin tulus kita melepaskannya. Percayalah, jika memang itu cinta sejati kita, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri. Banyak sekali pecinta di dunia ini yang melupakan kebijaksanaan sesederhana itu. Malah sebaliknya, berbual bilang cinta, namun dia menggenggamnya erat-erat.


“Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan.”





1 komentar:

  1. sempet penasaran, baru kali ini da yang menganalogikan antara cinta dan sarung. ternyata oh ternyata, hahaha

    selalu teringat kata-katamu "sesederhana itu CINTA"

    BalasHapus